Depresi
merupakan satu kata yang sudah begitu sering kita dengar. Kerap kali
orang-orang menggunakan istilah ini untuk mengungkapkan kondisi seseorang yang
sudah putus asa dan tidak bergairah lagi dalam menjalani hidup. Dalam buku
Psikologi Abnormal oleh G.C.Davidson, dkk, pada tahun 2000,
Depresi adalah sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia, dan
menderita. Orang pada umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada
keadaan yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, rasa tidak punya harga diri,
tidak bertenaga, dan lain-lain. Ada dua macam depresi, yaitu depresi ringan dan
berat (menetap). Ekspresi dari kondisi ini juga sangatlah beragam dan
biasanya selalu bersifat negatif. Diantaranya yaitu duka
berkepanjangan, stamina rendah dan sering merasa letih, bertambah atau
berkurangnya nafsu makan, bertambah atau berkurangnya keinginan untuk
tidur, stress, cepat marah dan frustrasi, tidak ada hasrat seksual,
tidak memiliki harapan terhadap masa depan atau yang sekarang menjadi
trend yaitu melakukan terjun bebas dari puncak sebuah gedung atau sering
disebut dengan istilah bunuh diri.
Bunuh diri
dianggap sebagai salah satu cara untuk mengakhiri segala permasalahan hidup
mereka. Banyak yang mengganggap hal ini adalah satu-satunya kunci dalam hal
menghilangkan depresi yang sedang mereka rassakan. Padahal sebenarnya jauh
lebih baik jika mereka menghadapi persoalan hidup mereka dan mencoba untuk
kembali membuka lembaran baru dalam hidup mereka. Namun pada kenyataannya lebih
banyak orang yang memilih jalan singkat yang mungkin dianggap pantas itu.
Misalnya saja pengakuan dari seorang wanita yang berhasil diselamatkan oleh warga
sekitar ketika ia mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan cara terjun bebas
dari sebuah pusat pembelanjaan di kota Medan. Ia merupakan salah satu
korban kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya tercinta. Ia
mengaku tidak tahan lagi menerima perlakuan dari suaminya yang kerap kali
memukulinya tanpa sebab. Hal inilah yang menjadi penyebab wanita tersebut
ingin mengakhiri hidupnya.
Kejadian
yang lain yaitu seorang Ibu yang depresi karna memikirkan keuangan dalam
keluarganya juga melakukan bunuh diri. Bukan saja mengakhiri hidupnya, namun ia
juga mengakhiri hidup ke tiga anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari Ibu dari
ketiga anak ini dikenal sebagai orang yang ramah dan rajin beribadah. Namun
siapa yang menyangka, Ia lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan hal
yang tidak terpuji itu. Ditambah lagi dengan ia turut membunuh anaknya juga
dengan mencampurkan racun tikus dalm makanan anak-anaknya.
Kejadian
berikutnya yaitu seorang anak remaja yang baru saja diputuskan oleh pacarnya dan
mencoba melakukan hal bunuh diri dengan cara memotong urat nadinya. Untung saja
nyawa remaja ini masih dapat diselamatkan. Orangtua yang mendengar hal tersebut
juga merasa terpukul karna merasa tidak dapat membaca psikolog dari anaknya.
Ketika diwawancarai, Remaja tersebut mengaku merasa sangat terpukul karna
ditinggalkan oleh pacarnya tanpa ada penjelasan apapun.
Dari ketiga
kejadian tersebut, membuat kita dapat menarik kesimpulan bahwa depresi tidaklah
pernah menghasilkan hal-hal yang positif. Depresi selalu menghasilkan hal-hal
yang merugikan dirinya bahkan juga orang-orang yang disekitarnya. Secara garis
besar kita bisa mengatakan bahwa depresi bisa terjadi di “stimulasi” oleh keadaan eksternal yang
berubah ke arah yang lebih buruk dan itu di luar kontrol kita. Mengapa di
“stimulasi” ? Perlu digaris bawahi di sini, bahwa kondisi emosi – psikologis
masing-masing orang turut menentukan apakah sesuatu itu dapat menyebabkan
depresi, sejauh mana tingkat depresinya serta seberapa besar kemampuan orang
itu untuk mengatasi masalah (hingga tidak sampai depresi) – atau, seberapa
besar kemampuan orang itu untuk mengatasi depresinya. Banyak hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangin depresi. Salah satunya yaitu dengan mengonsumsi
makanan yang mengandung probiotik. Yogurt merupakan salah satu makanan yang
dapat mengurangi depresi. Dikutip dari LiveScience, Minggu
(4/9/2011), menurut John Cryan, ahli
saraf dari University College Cork di Irlandia mengatakan: “Hal ini
memungkinkan seseorang untuk mengonsumsi yogurt dengan probiotik dan bukan obat
anti depresan”. “Efek yang ditimbulkan tergantung pada strain probiotik yang
tergantung di dalam yogurt tersebut, jadi bukan berarti tiap hari harus
mengonsumsi yogurt. Tapi diharapkan memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibanding dengan obat,” tambah John
Cryan. Pendapat yang lain yaitu mengatakan dengan cara banyak beribadah
dapat menjauhkan kita dari depresi. Dengan iman yang kuat kita dapat semakin
menghargai hidup dan semakin kuat dalam menghadapi setiap masalah. Dengan
menjalani ibadah yang rutin juga pastilah akan menjauhakn kita dari segala
pikiran yang negatif dalam menjalani kehidupan ini.
Menurut
saya, ada baiknya jika ketika kita merasakan depresi didalam hidup kita, kita
mencari orang yang dapat membantu kita dapat menyelesaikan masalah tersebut .
Mengakhiri hidup bukanlah jalan keluar dari masalah yang kita miliki. Sebab hal
tersebut hanyalah akan membawa bencana untuk diri kita dan juga bagi orang
lain. Banyak hal yang dapat kita lakukan agar depresi tersebut bisa hilang atau
minimal berkurang. Misalnya seperti mengomsumsi makanan yang diatas atau
mungkin minuman-minuman dingin yang dapat merilekskan pikiran dan juga tubuh
atau mungkin dengan cara berolahraga yang akan membuat kita melupakan masalah
hidup yang sedang kita jalani, Sebab kita hidup untuk mengalahkan
masalah yang ada didalam hidup kita bukan untuk menyerah menjalani hidup ini.
Di posting dari sumber http://www.maya-huzna.blogspot.com/ tanpa ada editing tambahan.
Blog tersebut adalah milik teman baik saya sendiri MAYA HUZNA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar