Senin, 22 Oktober 2012

Depresi Membawa Maut Oleh Maya Huzna


Depresi merupakan satu kata yang sudah begitu sering kita dengar. Kerap kali orang-orang menggunakan istilah ini untuk mengungkapkan kondisi seseorang yang sudah putus asa dan tidak bergairah lagi dalam menjalani hidup. Dalam buku Psikologi Abnormal oleh G.C.Davidson, dkk, pada tahun 2000, Depresi adalah sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia, dan menderita. Orang pada umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, rasa tidak punya harga diri, tidak bertenaga, dan lain-lain. Ada dua macam depresi, yaitu depresi ringan dan berat (menetap). Ekspresi dari kondisi  ini juga sangatlah beragam dan biasanya selalu bersifat negatif.  Diantaranya yaitu  duka berkepanjangan, stamina rendah dan sering merasa letih, bertambah atau berkurangnya nafsu makan,  bertambah atau berkurangnya keinginan untuk tidur, stress, cepat marah dan frustrasi,  tidak ada hasrat seksual,  tidak memiliki harapan terhadap masa depan atau yang sekarang menjadi trend yaitu melakukan terjun bebas dari puncak sebuah gedung atau sering disebut dengan istilah bunuh diri.
Bunuh diri dianggap sebagai salah satu cara untuk mengakhiri segala permasalahan hidup mereka. Banyak yang mengganggap hal ini adalah satu-satunya kunci dalam hal menghilangkan depresi yang sedang mereka rassakan. Padahal sebenarnya jauh lebih baik jika mereka menghadapi persoalan hidup mereka dan mencoba untuk kembali membuka lembaran baru dalam hidup mereka. Namun pada kenyataannya lebih banyak orang yang memilih jalan singkat yang mungkin dianggap pantas itu. Misalnya saja pengakuan dari seorang wanita yang berhasil diselamatkan oleh warga sekitar ketika ia mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan cara terjun bebas dari sebuah pusat pembelanjaan di kota Medan.  Ia merupakan salah satu korban kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya tercinta. Ia mengaku tidak tahan lagi menerima perlakuan dari suaminya yang kerap kali memukulinya tanpa sebab. Hal inilah yang menjadi penyebab  wanita tersebut ingin mengakhiri hidupnya.
Kejadian yang lain yaitu seorang Ibu yang depresi karna memikirkan keuangan dalam keluarganya juga melakukan bunuh diri. Bukan saja mengakhiri hidupnya, namun ia juga mengakhiri hidup ke tiga anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari Ibu dari ketiga anak ini dikenal sebagai orang yang ramah dan rajin beribadah. Namun siapa yang menyangka, Ia lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan hal yang tidak terpuji itu. Ditambah lagi dengan ia turut membunuh anaknya juga dengan mencampurkan racun tikus dalm makanan anak-anaknya.
Kejadian berikutnya yaitu seorang anak remaja yang baru saja diputuskan oleh pacarnya dan mencoba melakukan hal bunuh diri dengan cara memotong urat nadinya. Untung saja nyawa remaja ini masih dapat diselamatkan. Orangtua yang mendengar hal tersebut juga merasa terpukul karna merasa tidak dapat membaca psikolog dari anaknya. Ketika diwawancarai, Remaja tersebut mengaku merasa sangat terpukul karna ditinggalkan oleh pacarnya tanpa ada penjelasan apapun.
Dari ketiga kejadian tersebut, membuat kita dapat menarik kesimpulan bahwa depresi tidaklah pernah menghasilkan hal-hal yang positif. Depresi selalu menghasilkan hal-hal yang merugikan dirinya bahkan juga orang-orang yang disekitarnya. Secara garis besar kita bisa mengatakan bahwa depresi bisa terjadi di  “stimulasi” oleh keadaan eksternal yang berubah ke arah yang lebih buruk dan itu di luar kontrol kita. Mengapa di “stimulasi” ? Perlu digaris bawahi di sini, bahwa kondisi emosi – psikologis masing-masing orang turut menentukan apakah sesuatu itu dapat menyebabkan depresi, sejauh mana tingkat depresinya serta seberapa besar kemampuan orang itu untuk mengatasi masalah (hingga tidak sampai depresi) – atau, seberapa besar kemampuan orang itu untuk mengatasi depresinya. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangin depresi. Salah satunya yaitu dengan mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik. Yogurt merupakan salah satu makanan yang dapat mengurangi depresi. Dikutip dari LiveScience, Minggu (4/9/2011), menurut John Cryan, ahli saraf dari University College Cork di Irlandia mengatakan: “Hal ini memungkinkan seseorang untuk mengonsumsi yogurt dengan probiotik dan bukan obat anti depresan”. “Efek yang ditimbulkan tergantung pada strain probiotik yang tergantung di dalam yogurt tersebut, jadi bukan berarti tiap hari harus mengonsumsi yogurt. Tapi diharapkan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibanding dengan obat,” tambah John Cryan. Pendapat yang lain yaitu mengatakan dengan cara banyak beribadah dapat menjauhkan kita dari depresi. Dengan iman yang kuat kita dapat semakin menghargai hidup dan semakin kuat dalam menghadapi setiap masalah. Dengan menjalani ibadah yang rutin juga pastilah akan menjauhakn kita dari segala pikiran yang negatif dalam menjalani kehidupan ini.
Menurut saya, ada baiknya jika ketika kita merasakan depresi didalam hidup kita, kita mencari orang yang dapat membantu kita dapat menyelesaikan masalah tersebut . Mengakhiri hidup bukanlah jalan keluar dari masalah yang kita miliki. Sebab hal tersebut hanyalah akan membawa bencana untuk diri kita dan juga bagi orang lain. Banyak hal yang dapat kita lakukan agar depresi tersebut bisa hilang atau minimal berkurang. Misalnya seperti mengomsumsi makanan yang diatas atau mungkin minuman-minuman dingin yang dapat merilekskan pikiran dan juga tubuh atau mungkin dengan cara berolahraga yang akan membuat kita melupakan masalah hidup  yang sedang kita jalani,  Sebab kita hidup untuk mengalahkan masalah yang ada didalam hidup kita bukan untuk menyerah menjalani hidup ini.


Di posting dari sumber http://www.maya-huzna.blogspot.com/ tanpa ada editing tambahan.
Blog tersebut adalah milik teman baik saya sendiri MAYA HUZNA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar